Jumat, 09 Januari 2009

KIAT SUKSES BERKARIER DI PEMASARAN

Sukses di pemasaran selalu diukur dengan seberapa cepat seseorang bisa meraih jabatan tertentu, serta banyaknya finansial dan fasilitas yang didapatnya. Adanya kenaikan jabatan berarti ia telah berhasil menyelesaikan sebuah proyek pemasaran produk, yang selain menantang juga bernilai tinggi. Sedangkan kenaikan jabatan tidak mudah diraih begitu saja, selain membutuhkan bekal pengetahuan dan skill yang cukup, juga membutuhkan waktu, tenaga extra dan hoki (?), juga perlu mengetahui strategi-strateginya.
Untuk lebih suksesnya karier anda, di bawah ini ada beberapa kiat yang bisa dipraktekan. Kiat-kiat tersebut adalah intisari pengalaman nyata beberapa profesional yang telah berhasil dibidangnya dan juga merupakan pengalaman penulis mulai dari salesman door to door sampai posisi sales & marketing director.
#Kiat 1 – Investasi pendidikan/ skill #
Mengapa harus menambah pendidikan atau skill? Pertanyaan ini seringkali terlontar dari mulut beberapa pengikut in house training perusahaan dimana saya menjadi fasilitastornya. Jawaban saya singkat: untuk investasi! Jawaban ini tentunya tidak membuat mereka puas, karena investasi di bidang pendidikan atau skill masih kurang populer. Apalagi yang bertanya adalah golongan pekerja. Mereka saat ini hanya menginginkan uang dan uang sebagai kompensasi pekerjaan mereka. Pemikirannya sederhana, untuk besekolah lagi atau menambah skill tentunya butuh biaya yang tidak sedikit. Selain itu mereka juga tidak memiliki waktu. Nah, sekarang kita bisa simpulkan kenapa banyak sekali dari SDM kita yang tidak mau berpikir tentang investasi pendidikan atau skill. Pertama adalah kendala biaya dan kedua adalah kendala waktu.
Mari kita bahas satu persatu kendala di atas. Marketer ternyata tidak memiliki uang untuk melakukan investasi di bidang pendidikan. Umumnya mereka enggan karena biayanya sangat mahal. S 2 sekarang ini biayanya berkisar kurang lebih 17 juta sampai dengan 50 juta, bervariasi tergantung pada Universitas pilihannya. Apalagi S3 akan membutuhkan biaya kurang lebih 70 sampai dengan 150 juta tergantung Universitas pilihan. Jadi tidak mungkin bagi yang levelnya masih rendah di perusahaan menempuh pendidikan tambahan. Kemudian jika ingin menambah skill, misalnya komputer, bahasa Inggris, mengemudi, atau mendapatkan sertifikat profesi juga dibutuhkan biaya yang tentu saja akan mengganggu cash flow marketer. Ini adalah hambatan di segi keuangan yang harus diketahui terlebih dahulu.
Hambatan marketer kedua seringkali berkisar pada tidak adanya waktu untuk melakukan pendidikan atau menambah skill. Alasannya karena pulangnya dari kantor terlalu malam, tidak ada hari libur seperti hari sabtu. Pekerjaan banyak dan menyita banyak waktu sehingga sulit untuk belajar meskipun nantinya harus menambah pendidikan. Banyak sekali alasan yang kalau dipikir memang bisa dibenarkan. Jadi marketer tidak memiliki waktu untuk menambah pendidikan atau menambah sekillnya.
Sekarang apa hubungannya dengan investasi pengetahuan dan skill tersebut dengan pekerjaan? Menurut saya banyak sekali dan akan berhubungan. Di bawah ini ada kisah yang bisa diambil hikmahnya.
Perusahaan X adalah perusahaan multi nasional dari Perancis, di Indonesia perusahaan ini berkembanng dengan pesatnya. Hingga suatu ketika perusahaan multi nasional Prancis ini dibeli oleh perusahaan Multi nasional Amerika. Apa yang terjadi kemudian? Manajemen diperusahaan itu dirombak total dengan tetap memegang teguh esensi organisasi sebelumnya. Perombakan totalnya yang mencolok adalah menaikan posisi SDM ke posisi yang lebih baik. Mula-mula yang direkrut dan menjadi perioritas pertama adalah orang-orang lama yang berprestasi. Tapi apa yang terjadi kemudian? Ketika telah mengumpulkan orang-orang berprestasi, HRD kemudian menyeleksi sesuai kriteria yang diinginkan antara lain : memiliki ijazah S2, bisa berbahas Inggris, bisa komputer, bisa mengemudi dan memiliki sertifikat seminar pemasaran minimal 6 lembar. Wah, sayang seribu sayang....ternyata orang dalam sendiri yang menjadi perioritas pertama tidak ada yang memenuhi kriteria yang diminta menajemen. Serta terpaksa manajemen mengalihkan rekruitmentnya ke publik. Akhirnya yang dipilih adalah orang luar, yang kebetulan yang dipilih adalah SDM dari perusahaan yang telah keluar dua tahun yang lalu.
Ingin tahu kelanjutannya kisah ini? Baik, sebut saja SDM itu namanya Bonar. Bonar ternyata ketika mengundurkan diri dari perusahaan memiliki sasaran yang tepat. Ia keluar dan memilih perusahaan yang setara dengan perusahaan yang ditinggalkannya. Meskipun dengan gaji sedikit rendah, tetapi menurutnya bisa memiliki kesempatan untuk berkuliah di hari sabtu ( kebetulan di kantor itu sabtu libur) dan minggu untuk mengambil S2-nya. Sebelum mengambil S2 dan bekerja di perusahaan lama, setiap malam setelah pulang kerja, ia sempatkan kursus bahasa Inggris, komputer, mengambil sertifikat profesi bahkan mengikuti beberapa seminar yang berhubungan dengan marketing. Ia juga sempat kursus mengemudi, karena sudah diserahi mobil untuk operasionalnya. Jadi komplitlah apa yang dimilikinya, pengetahuan dan skill yang menurut Bonar di masa mendatang pasti dibutuhkan. Oleh sebab itu ketika ia mendengar ada peluang di perusahaan lamanya untuk menduduki posisi jabatan tertentu, ia mencoba mengajukan lamaran. Dan seperti kisah di atas Bonar di terima di tempat dimana ia pernah bekerja. Tentunya teman-teman lamanya yang dahulu satu level merasa kecurian langkahnya. Mereka benar-benar menyesal mengapa tidak mengikuti gerak langkah Bonar! Bahkan mereka menyesali, kenapa ketika Bonar menambah pengetahuan dan skillnya mereka pada mengejek. Sekarang....waktu ternyata membuktikan kebenarannya!
Kisah di atas bisa diambil hikmahnya, bahwa pendidikan dan skill sangat dibutuhkan tidak saat itu, tetapi kemudian. Oleh sebab itu mengapa saya menjawab bahwa menambah pendidikan dan skill itu adalah sebuah investasi, sebab keuntungannya tidak dapat dipetik saat itu juga melainkan mendatang. Serta mendatangnya kapan, kita tidak tahu. Tetapi semua orang termasuk para marketer jika ingin karier naik tentunya perlu melakukan investasi pendidikan dan skill terus menerus.
Johanes Lim dalam bukunya berjudul ”no pain no gain” juga menyarankan hal yang sama jika ingin sukses dalam karier, paling tidak harus gemar belajar, artinya harus meningkatkan pendidikan dari S1, S2 bahkan S3. Menurutnya jika anda melakukan hal ini sudah dapat dipastikan jenjang karier anda akan naik. Selain itu ia juga mengemukakan sesuatu yang mengejutkan bahwa prilaku dan ambisi poisitif anda akan menimbulkan kekaguman dan simpati dari banyak orang, khususnya pimpinan perusahaan anda, karena menurutnya orang seperti anda termasuk manusia langka.
#Kiat 2 – Networking #
Kiat untuk meningkatkan karier yang kedua adalah networking. Mengapa networking? Baik, akan saya jelaskan satu persatu sebelum menginjak ke jawaban mengapa perlu networking. Di perusahaan tentunya tidaklah mudah untuk naik jabatan, apalagi jika tidak ada pengembangan usaha yang cukup berarti. Jika sudah kondisinya demikian maka pindah ke perusahaan lain adalah cara yang cukup ampuh untuk mendapatkan karier lebih baik. Kalau anda adalah marketer yang bertipe agresif pastilah akan tersiksa dengan kondisi seperti ini, dari pada strees tidak berkarier bagus dan berpanghasilan pas-pasan memang sebaiknya melompat ke perusahaan lain.
Ada satu kisah yang cukup menarik mengenai mengapa seorang perlu melompat dan pindah ke perusahaan lain untuk peningkatan karier? Pada buku ini akan dikisahkan tentang katak yang telah berevolusi bernama Ping, yang ditulis oleh seorang Zentrepeneur kenamaan Amerika bernama Stuart Avery Gold, yang mana kisah katak tersebut sama miripnya dengan kehidupan karier manusia. Inspirasi kisah itu mengapa berhubungan dengan networking? Pertama, jika anda pindah kerja tentunya harus mengetahui situasi dan kondisi perusahaan baru yang akan merekrut anda. Minimal ada yang dikenal di perusahaan itu. Kedua, anda harus siap dengan segala apa yang terjadi di perusahaan. Apa yang dipersiapkan? Tentunya pengetahuan dan skill. Ketiga, jangan heran anda kemudian melihat bahwa perusahaan dimana anda pindah seringkali tidaklah seperti yang anda inginkan. Keempat, anda dituntut untuk menyesuaikan diri, feksibel dan mengikuti budaya baru dan anda dituntut untuk mengendalikan diri. Kelima, yang paling penting adalah ketika anda telah memiliki networking, anda dituntut berani untuk memutuskan apakah mau pindah perusahaan atau tidak, apalagi jika ada kesempatan.
Kalau ditarik benang merah, networking itu sendiri sebenarnya memiliki tujuan untuk mempermudah anda menemukan pekerjaan baru dan menyiapkan mental di perusahaan mana anda bergabung. Networking sendiri kini sudah bukanlah hal baru lagi bagi profesional untuk anjang meningkatkan karier. Apalagi di kota-kota besar, salah satu cara untuk naik karier adalah networking! Maka carilah network seluas-luasnya untuk peningkatan karier anda di masa kini dan mendatang. Nah networking bisa di lakukan pada acara seminar, organisasi bisnis dan marketing club, pada organisasi profesi seperti AMA, IMA atau ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Atau organisasi apa saja yang menurut anda merupakan anjang bertemunya para profesional dan owner.
#Kiat 3- Kolaborasi#
Istilah ini tentunya tidak asing ditelingah kita. Kata ini berasal dari bahasa inggris ” Collaborate” yang artinya bekerja sama, menciptakan atau menghasilkan. Banyak sekali hasil dan manfaat kolaborasi jika kita mau menelitinya. Namun apa yang dilakukan ketika kerja sama tentunya hasilnya tidak bisa didapat saat itu juga, meskipun tak jarang langsung terwujud. Konsep ini semacam investasi dalam ber-relasi dengan orang lain. Contohnya bisa kita simak di bawah ini!
Ketika anda mengundurkan diri dari perusahaan lama. Sebaiknya anda berpamitan dengan baik, utarakan apa yang menurut anda bagus, berkesan dan bermanfaat selama berkarier di perusahaan lama tersebut. Hindari apa saja yang menurut anda menyebalkan untuk disampaikan, baik pada rekan kerja, maupun atasan langsung anda. Buat kesan kepergian anda penuh dengan makna. Mengundurkan diri dengan cantik!
Sebenarnya apa manfaat kolaborasi dengan cara seperti ini? Bukankah anda pamit meninggalkan perusahaan itu untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di perusahaan yang baru? Betul bukan? Kalau begitu anda sedang mengatur karier anda di perusahaan itu untuk masa mendatang. Kalau hubungan anda baik dengan perusahaan lama, dan suatu ketika membutuhkan kandidat dengan jabatannya lebih tinggi dari posisi anda sekarang, anda akan memiliki peluang jika menghendakinya. Nasihat paling ajaib untuk kolaborasi adalah : pamitlah dengan baik jika mengundurkan diri!
Bentuk kolaborasi lainnya adalah membantu teman seprofesi untuk peluang-peluang di tempat lain jika membutuhkan. Bukannya sok pahlawan, kadang kala seorang relasi sedang membutuhkan kandidat yang berpengalaman, expert di bidangnya dan bisa dipercaya. Salah satu jalan adalah merefrensikan seorang teman yang kita kenal. Serta kita juga tak mengharap untuk direfrensikan kepada orang lain, paling tidak orang yang kita bantu untuk mencarikan SDM akan ingat jika mendatang ada proyek baru yang butuh dikerjakan secara team. Nasihat yang paling ampuh berkolaborasi adalah : bantulah teman untuk mencari pekerjaan!
#Kiat 4 – Explore Kemampuan #
Renald Khasali dalam talk show-nya mengenai karier seorang profesional mengatakan, bahwa untuk meningkatkan karier seseorang hendaknya melakukan explore kemampuan. Artinya kompetensi seorang profesional harus diketahui oleh para profesional lain, maupun lembaga lain yang berkaitan dengan profesi orang tersebut. Tujuannya apa? Tentu saja agar orang lain memberikan perhatian dan perioritas. Sebab semakin banyak orang mengetahui kemampuan kita, maka semakin banyak orang melirik dengan personal kita untuk direkrut menjadi profesional di perusahaan atau lembaganya. Maka logis kan jika ada istilah ”tak kenal maka tak sayang!”, tentu saja seperti yang diulas sebelumnya, orang yang dikenal biasanya akan menjadi perioritas utama dari pada yang tidak dikenalnya.
Sekarang bagaimana cara meng-explore kemampuan anda? Pertama, banyak menulis bidang yang kita geluti di majalah, surat kabar atau jurnal-jurnal ilmiah. Kedua, mengikuti ajang award. Ketiga, menjadi pemimpin organisasi. Ketiga poin ini akan sangat membantu anda dalam meningkatkan karier di masa mendatang. Mari kita coba ulas satu persatu. Agar karier meningkat, memang sebaiknya mengumumkan jati diri kita ke publik agar diketahui. Sarana yang ampuh adalah menulis. Hermawan Kartajaya sebelum terkenal seperti sekarang ini kurang lebih 2 tahun menulis di kolom Jawa Pos. Siapa yang mengira kalau tulisan-tulisannya kemudian mengantarnya ia menjadi sang guru marketing yang kemudian dianugerai Award Marketing dari United Kingdom (Inggris).
Selain menulis adalah berani untuk ujuk gigi di depan publik melalui kompetisi atau award tertentu. Majalah marketing seringkali mengumumkan bahkan mengadakan setahun sekali marketing award. Nokia dan Yamaha pernah mengadakan anjang kompetisi bergengsi tersebut. Anjang-anjang tersebut akan membantu kita untuk meng-explore kemampuan kita di depan publik. Nah, jika anda memang memiliki talent yang luar biasa di marketing, kenapa tidak lakukan hal ini. Anda tentunya masih ingat dengan Godo Tjahjono, pemenang marketing award 2 kali berturut-turut, sekarang ini kariernya sedang naik daun sebagai konsultan maupun pembicara seminar. Selain itu sempatkanlah untuk menerima peluang jika ditunjuk untuk memimpin sebuah organisasi, terutama organisasi bisnis, sebab dari organisasi ini kehadiran dan tangan dingin anda akan diperhitungkan. Apalagi jika organisasi yang anda pimpin menjadi besar dan terbaik. Di dalam organisasi inilah anda memiliki kesempatan untuk explore kemampuan anda.
Berkaitan dengan itu Philip Kotler menyebutkan bahwa marketing adalah ilmu dan seni untuk meng-explore, menciptakan, dan membuat nilai tersendiri untuk memuaskan kebutuhan pasar dan menghasilkan keuntungan. Meng-explore diri anda berarti anda harus menciptakan sesuatu yang kreatif dan inovatif untuk keberhasilan produk yang dipasarkan. Semakin berhasil anda dalam pemasaran maka semakin banyak yang melirik anda, bahkan membajaknya.
#Kiat 5 – Berani tantangan #
Seperti yang dilakukan Ping, harus berani pada tantangan. Ia berani keluar dari kolamnya yang mulai kering. Diluar tidak seperti yang ia impikan, ternyata sangat sulit menemukan kolam baru. Nah, untuk naik karier sama seperti Ping harus berani tantangan, termasuk kesulitan-kesulitan baru. Berani tantangan itu berarti : mau pindah tugas, mau menerima jabatan baru, mau merantau ke kota lain, mau rugi untuk sementara, mau sengsara dan mau-mau yang lain.
Biasanya kalau marketer sudah dalam zona aman, akan sulit mengubah pola hidupnya yang mapan. Ia cepat membayangkan hal-hal yang buruk ketimbang hal-hal manis. Oleh sebab itu jika pindah tugas maka serta merta menolak peluang itu, meskipun kariernya naik. Padahal pindah tugas itu belum berarti kondisinya lebih buruk, hanya bayangan-bayangan buruk saja yang sering menghantui seorang yang sudah dalam zona aman.
Marketer sulit menerima jabatan atau tanggung jawab yang lebih besar, merantau ke kota lain dan mau sengsara di tempat baru, meskipun ia mampu survive. Ada satu cerita yang melambangkan bahwa manusia sebenarnya memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi seringkali hanya menggunakan kemampuannya sedikit saja. Seorang kakek yang sedang memulung buah mangga di sebuah halaman, selalu menimbang mangga yang dipungutnya. Setelah ditanyakan kenapa ia selalu membuang mangga yang besar dan memilih yang kecil. Kata kakek itu ” biarlah saya ambil yang kecil saja, dan yang besar untuk orang lain!” kisah ini menginspirasikan bahwa banyak sekali orang yang tidak mau menerima tanggung jawab yang besar meskipun ia sebenarnya memiliki kemampuan. Kiat-kiat di atas disarikan dari buku penulis ke 18 ”Getting Rich as a Marketer”. Salam sukses!(FMR)

Tidak ada komentar: