Tampilkan postingan dengan label Kegiatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kegiatan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 Oktober 2012

PELATIHAN KIAT SUKSES MENGELOLA TOKO SELLULER

Tanggal 8 Oktober 2012 di Hotel Aston Bandung telah terselenggara suatu pelatihan langkah dengan topik "Kiat Sukses Mengelola Toko Selluler". Pelatihan ini diikuti cukup antusias oleh  para pemilik usaha toko selluler. Pelatihan sebelumnya adalah pelatihan yang diselenggarakan berkat undangan provider besar kartu pulsa untuk para peritel utama dan pilihan dalam memasarkan kartu-kartu perdana. Semoga pelatihan ini berlanjut demi kepentingan baik peritel maupun para pemasok selluler, asesoris, provider pulsa dan kelengkapan selluler lainnya.

Minggu, 22 Juli 2012

TRAINING MARATON "KIAT SUKSES MENGELOLA KANTOR CABANG"


Bulan Mei, Juni dan Juli  Groedu International consultant telah melatih jajaran dari SDM Signora untuk menyongsong pembukaan kantor cabang sebanyak 50 lokasi. Kini, baru 25 cabang yang berdiri. Sampai dengan 5 tahun ke depan Signora mengharapkan kantor cabang sebanyak 50 lokasi berdiri. Persiapan yang sungguh-sungguh dengan memberikan pelatihan pada para calon pimpinan kantor cabang adalah wujud komitmen Signora akan rencana masa depan perusahaan disamping untuk menyosong tahun 2015, dimana persaingan semakin ketat dan dibutuhkan sumber daya yang semakin terlatih, baik dibidang penjualan dan managerial skill. Video clip ini adalah gambaran, suasana dan komitmen pada SDM Signora dalam menyambut tantangan pekerjaan yang semakin berat. Go Signora, selamat dan sukses!


CARA TRANSAKSI KONSUMEN BERDAMPAK PADA PENJUALAN

Ada beberapa cara dalam menual produk jika dilihat dalam cara transaksinya yang antara lain secara tunai, konsinyasi (Consigment) atau kredit. Cara transaksi ini secara signifikant akan sangat mempengarui omzet penjualan suatu usaha. Oleh sebab itu ada kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam perlakuan transaksi penjualan itu. Untuk usaha yang orientasinya menjual eceran transaksi tunai lebih banyak dipilih. Selain agar safe di segi keuangan,cara ini ternyata juga menghambat lajunya penjualan yang cukup maksimal.  Beberapa gerai, baik yang waralaba maupun yang murni milik bisnis owner tiba-tiba pembelinya surut, sebab kondisi pembelian tunai ini menjadi tidak nyaman. Sebelum ada mesin gesek kartu kredit, kondisi penjualan secara tunai kepada konsumen masih nampak wajar-wajar, tetapi kini setelah hadirnya mesin gesek, penjualan secara tunai perlu dibantu dengan alat ini agar memudahkan para konsumen untuk lakukan transaksi.
            Di dalam prakteknya sampai hari ini, masih belum banyak para pemilik bisnis eceran terutama yang tradisional yang menyediakan alat bantu pembayaran ini. Walau sebenarnya “cara transaksi” ini sangat berpengaruh dengan besarnya omzet penjualan.  Bagi yang belum pernah lakukan dan mengalami, transaksi ini dapat membuat galau, misalnya takut rugi, takut salah, takut selisih dan takut tidak terbayar. Walau sebenarnya dengan transaksi mesin gesek pembayaran sudah dijamin oleh bank penyelenggara mesin gesek. Bahkan, mesin gesek ini sebenarnya kartunya sudah dikembangkan sedemikian rupa oleh bank. Serta sekarang malah bersama-sama dengan bank, para pebisnis bekerja sama untuk menggandakan cara transaksi ini. Kalau sebelumnya menggunakan uang segar (tunai), kartu kredit, atau debit, sekarang dikembangkan pula kartu kredit/debit yang memperoleh diskon secara langsung ketika membeli barang menggunakan kartu yang dikeluarkan oleh bank yang bermitra dengan gerai tertentu.
            Terobosan transaksi penjualan ini ternyata tidak berhenti sampai di situ, sekarang malah dirupakan voucher belanja, voucher diskon, serta lainnya. Oleh sebab itu bagi para pemilik gerai bisnis waralaba, maupun yang dikerjakan oleh pemilik langsung tidak akan bisa bersaing jika tidak mengikuti cara ini. Penggandaan cara transaksi ini sebenarnya memiliki tujuan antara lain : membuat transaksi penjualan cepat terjadi, memudahkan konsumen dalam membeli barang, menarik minat konsumen untuk membeli meskipun belum memiliki dana pada saat itu. Seperti pembelian dengan cara cicilan menggunakan kartu tertentu. Menghemat waktu konsumen karena tidak harus ke bank untuk ambil tunai, mengurang resiko kehilangan uang atau dirampok, serta kondisi-kondisi lainnya yang membuat konsumen merasa terbantu dengan transaksi yang dilakukan secara cepat, aman dan akurat.
            Uraian diatas adalah berbagai hal transaksi yang berhubungan dengan penjualan eceran. Bagaimana dengan penjualan partai seperti yang dilakukan para grosir. Pada umumnya juga dilakukan secara tunai, namun dalam perkembangannya ketika grosir tidak ingin stagnan penjualannya, maka grosir melakukan berbagi terobosan baru. Grosir mulai memberikan kredit, bahkan konsinyasi untuk para pelanggannya. Namun cara ini tentu saja membuat para grosir juga mengalami resiko piutang bad debt, yaitu para pembeli secara kredit tidak membayar hutangnya seperti yang diharapkan. Beberapa grosir tetap lakukan hal ini, dan untuk mengurangi resiko tidak dibayar, grosir mulai memilah-milah para pelanggan yang ada. Biasanya yang cukup baik pembayarannya akan terus diberikan. Sedangkan untuk yang kurang baik dalam hal pembayaran, mereka mulai mengurangi jumlah kreditnya. Namun cara ini tetap saja tidak bisa mendongkrak penjualan di gerai bisnis khususnya grosir yang tradisional. Nah, apa yang dilakukan para grosir tersebut kemudian?
Mesin gesek ternyata sangat ampuh untuk memfasilitasi para pembeli barang yang dilakukan dengan cara kredit. Dengan tambahan sebesar 2-2,5% pada billing, para pembeli secara kredit di grosir masih toleransi. Sementara itu para grosir bisa safe karena bank akan mengurus setiap pemegang kartu kredit yang wanprestasi. Selain itu para grosir atau para pebinis bisa menggunakan jasa anjak piutang dalam mengurusi soal piutang dagang. Konon dengan fee beberapa persen, selain bisa disupport dana 80% dari total piutang yang didelegasikan ke anjak piutang, para pebisnis bisa meminimalkan resiko tidak dibayar oleh para pembeli secara kredit. Dalam hal ini pebisnis sangat difasilitasi oleh bank maupun pihak Anjak Piutang, dan hal ini tentu saja bisa membantu dalam penjualan. Khususnya dalam peningkatan penjualan!
Sejatinya cara transaksi ini sama seperti ketika pemilik bisnis sedang mengembangkan pemasarannya. Yang bisa dikerjakan antara lain adalah mencari mitra-mitra baru sebagai penyalur, misalnya para distributor yang ada di daerah untuk bisnis non waralaba. Sementara itu untuk bisnis waralaba mencari investor-investor baru dalam mengembangkan luasan wilayah pemasaran. Untuk non waralaba dengan adanya mitra, para mitra (distributor) tersebut bisa salurkan produk ke penyalur kecil lainnya. Sedangkan bisnis waralaba terus mengembangkan cabang-cabang di luasan wilayah pemasaran dengan menggandeng investor. Namun semua bisa berjalan dengan baik jika pebisnis juga mulai mempertimbangkan cara-cara transaksi penjualan. Transaksi penjualan tidak harus dilakukan secara tunai, tetapi kemungkinan-kemungkinan lain dengan cara kredit tetapi dengan jaminan dari pihak lain. Penggunaan mesin gesek, voucher belanja, voucher diskon, maupun atas bantuan anjak piutang merupakan alternative yang luar biasa. Sukses di tangan anda!


Rabu, 16 November 2011

IN HOUSE TRAINING KHUSUS SPG DI PT. JAMU AGUNG SEJAHTERA

In house training yang diadakan tanggal 15 November 2011 adalah untuk memberikan pengetahuan dan skill " bagaimana menjadi SPG yang smart dalam promosi". SPG diharapkan tidak hanya menjadi boneka pajang di sebelah rak produknya, tetapi berperan aktif untuk lakukan jemput bola, agar tujuan promosi bisa dicapai seperti yang diharapkan. Selama ini para SPG hanya berdiri manis di sebelah rak produknya, sementara itu perusahaan tidak mau seperti ini. SPG diharapkan dapat memperkenalkan produk sebanyak mungkin kepada konsumen.
Namun dalam prosesnya, aktivitas SPG diidentifikasikan seperti seorang salesman, artinya mereka diharapkan mampu untuk lakukan selling. Pergeseran seperti ini mulai terjadi. SPG sudah tidak lagi sebagai seorang yang aktivitasnya lebih banyak berpromosi, tetapi kini dituntut untuk lakukan penjualan. Penjualan yang terjadi sebenarnya secara tidak langsung. SPG selain aktif memperkenalkan produk kepada konsumen, juga diharapkan mampu untuk lakukan aktivitas display, sebab laku-tidaknya suatu produk ternyata tergantung pula pada display. Oleh karena itu jangan disalah artikan jika ada yang mengatakan bahwa SPG sebenarnya ujung tombak perusahaan, maka bagi yang paham betul dengan hal ini wajib mengamini. SPG sangat penting dalam era persaingan produk yang semakin sengit. Sayang turun over SPG sangat cepat, selain karena mereka diproyeksi sebagai garda depan yang sifatnya sementara, tetapi sifat gender juga mempengarui. Mereka akan berhenti bekerja setelah menikah, ya itulah kenyataannya. Selamat berjuang untuk perusahaan para SPG yang penuh semangat!

Kamis, 10 November 2011

DISTRIBUTORSHIP MANAGEMENT UNTUK PUBLIC (BATH -2) 10 DESEMBER 2011 DI JAKARTA


Keluhan yang sering terjadi atas kerjasama penjualan lewat distributor oleh principal adalah rendahnya penjualan. Sementara itu distributor sering mengeluh profit yang diperoleh sangat minim, sedangkan principal terus berupaya agar distributor memiliki kinerja prima. Problema ini tidak pernah kunjung berhenti sebelum masing-masing mengetahui peran masing-masing secara mendalam.
Sementara itu sukses pemasaran suatu produk selain terletak pada banyaknya produk yang dibuat dan adanya support marketing oleh produsen, sebenarnya terletak juga di pundak distributor, bagaimana distributor bisa menjualnya, di saat daya beli konsumen menurun sekalipun. Distributor bisa exis bersama principal berpuluh-puluh tahun, kuncinya karena distributor bisa menerjemahkan kemauan principal. Tidaklah mudah mengikuti kemauan principal kalau distributor tidak memiliki manajemen yang cukup baik. Terutama Distributor yang berangkat dari trader (pemilik toko) sehingga dalam kerjasama dengan principal, distributor menganut manajemen toko, untuk meningkatkan penjualan tentunya principal menginginkan manajemen distributor cukup baik. Saat ini Principal juga berusaha membantu memperbaiki distributor trader menjadi distributor profesional. Inilah tantangan principal dan sekaligus peluang bagi trader (pemilik toko) untuk mengembangkan distributornya menjadi lebih baik. Namun apa yang dilakukan principal belum cukup memadai karena keterbatasan Sumberdaya principal. Sedangkan kesadaran untuk membantu memperbaiki kinerja distributor belum semua principal siap.
Nah, untuk membantu dan menjawab kekurangan principal dalam upaya memperbaiki kinerja distributor, maka ”Workshop Distributorship management” dengan tajuk ”Tingkatkan penjualan principal-distributor, Tingkatkan profit distributor, dan menekan Shrinkage distributor” akan sangat membantu principal dalam rangka memperbaiki kinerja distributor terutama di segi peningkatan penjualan dan profit distributor.

Pada workshop ini peserta akan belajar mengenai:
Pendahuluan Distributorship management
 Konsep Pemasaran dan strategi distribusi distributor
 Model-model Multy Distributor
 Latar belakang kerja sama Principal dan distributor
 Prospek Bisnis distributor.
 Orientasi principal dan distributor dalam penjualan.
Sales Force Management Principal Vs Distributor
 Aplikasi Key performance indicator sales force
 Sistem remunerasi Sales force
 Reward & Punisment sales force
 Daya tarik dan alasan pemberian insentif sales force
Maksimalisasi penjualan Distributor melalui Sales Territory management
 Element sales territory management
 Jenis Channel Distribusi
 Mendesain Rute kunjungan
 Menghitung beban kerja sales force
 Sales Territory Vs Sales Prosses.
Strategi Distributor kelola pelanggan.
 Bagaimana menangani komplain.
 Memaksimalkan inti CRM ( Customer Relationship management)
 Mengukur kinerja distributor melalui Key Performance Indicator (KPI)
 Aplikasi dan contoh KPI distributor.
Menekan Shrinkage dan meningkatkan profit Distributor.
 Biaya-biaya distributor dan pengelompokannya.
 Sebab-sebab shrinkage dan cara mengatasinya.
Mengelola Account receivable (AR) Sales Force Distributor.
 Status Piutang penjualan.
 Kelola AR melalui audit lapangan.
 Problem setelah audit lapangan.
 Penyebab piutang penjualan bermasalah.
 Performance dan tanggung jawab sales force.
 Mencegah piutang Bad debt.

DISTRIBUTORSHIP MANAGEMENT UNTUK BISNIS PULSA


Kebijakan 2 operator besar Telkomsel & XL dalam memberlakukan Hard Cluster disambut dengan wawas maupun optimis oleh pelaku bisnis pulsa. Bagi yang pesimis tentunya merasakan penghasilan yang kian merosot. Permasalahannya dealer maupun pemain server tidak diperbolehkan lagi menjual pulsa keluar dari wilayah yang sudah ditentukan oleh operator. Pemberlakuan untuk inner 80% sedangkan outter boleh 20%. Hal ini memicu kerugian bagi dealer atau pemain server yang tidak mengandalkan distribusi. Bagi dealer dan pemain server yang sudah menerapkan penjualan dengan cara jemput bola hal ini tidak masalah. Oleh sebab itu pelatihan yang bertajuk “ Distributorship Management” disambut sangat antusias oleh pemilik dealer maupun server yang ingin mengembangkan bisnisnya lebih lanjut. Mereka ingin mengetahui cara-cara yang ingin dan dilakukan oleh operator, yang nota bene menggunakan konsultan FMCG. Dengan begitu melalui pelatihan “Distributorship management” para peserta bisa membuat perbandingan, menganalisa dan mengenali kemauan operator secara dalam. Pelatihan “Distributorship Management” yang diadakan oleh PT. Sandiloka ( penyedia software server) bekerja sama dengan Frans M. Royan SE,MM dari Groedu International Consultant, memprakarsai pelatihan “Distributorship Management” dengan harapan para pebisnis pulsa bisa belajar dan mengimbangi kemauan operator, serta agar bisnisnya langgeng.

Kamis, 22 Juli 2010

WORK SHOP SUKSES MENGELOLA TOKO ECERAN






Toko eceran merupakan saluran distribusi terjauh dari rangkaian logistik barang dagangan produsen. Sedangkan yang disebut dengan toko eceran adalah toko yang menjual barang yang dihasilkan produsen untuk dijual ke pengguna akhir yaitu konsumen. Sedangkan usaha toko eceran memiliki populasi yang terbesar, yang dilatar belakangi oleh kebutuhan produsen dalam memasarkan produk sampai konsumen akhir yang jumlahnya jutaan orang. Sehingga siapapun yang memiliki modal cukup memadai dapat memasuki industri perdagangan eceran dengan mudah.
Kemudahan masuk dalam bisnis ini menimbulkan semakin meningkatnya industri eceran dengan masuknya toko modern berjejaring, sehingga toko eceran yang dikelola dengan cara tradisional terdesak oleh hadirnya toko eceran modern tersebut.
Menghadapi persaingan yang begitu ketat menimbulkan reaksi bagi pemilik toko eceran tradisional sehingga toko eceran tradisional sangat membutuhkan informasi dalam mengimbangi persaingan dengan toko modern berupa : konsep-konsep baru dalam mengelola toko eceran hingga bisa bersaing dengan toko modern.

Materi Yang dibahas:

Toko eceran tradisional vs toko modern
Teknik mengelola barang dagangan (merchandising management)
Teknik berhubungan dengan supplier
Rahasia pemasaran produk perusahaan
Teknik mengelola operasi toko
Teknik mengelola layanan toko
Teknik mengelola organisasi dan manajemen toko
Teknik menyusun rencana usaha

Tempat : Restoran Agis – Surabaya.

Jadwal : 4 Agustus 2010

Durasi : 6 Jam (09.00 – 16.00 WIB)

Trainer : Frans M. Royan, SE,MM

Investasi : Rp 500.000,- (10 Orang @ Rp 375.000,-)

Bonus : 1 exemplar buku untuk 30 pendaftar pertama.

Catatan : Tempat terbatas.
Contak : 0818521172

TOKO SEBAGAI RANTAI DISTRIBUSI






Pada saat ini persaingan pemasaran produk semakin ketat. Rantai distribusi paling akhir yang menjadi sapi perah adalah para Toko pengecer. Di Toko pengecer inilah produsen berusaha semaksimal mungkin memberdayakan, baik selling in dan selling out. Tapi sayang sampai hari ini para Toko pengecer ini, terutama yang masih tradisional hidupnya kembang kempis oleh desakan toko modern yang semakin bertebaran. Sementara toko modern telah memiliki pengetahuan cukup baik mengenai berbagai hal seperti merchandising, visible dan availabale, display, serta berbagai istilah yang mendorong impulse buying. Para pengelola toko pengecer tidak tahu dan sadar kalau apa yang selama ini didorong bahkan setengah dipaksakan agar produk-produk dipajang di etalse dan rak adalah wujud mengatasi perang berkepanjangan dalam memasarkan produk.
Belum lagi layanan yang diberikan para pengecer tradisional, amat berbeda dengan toko modern. Kondisi ruangan, udara dalam ruangan, keharuman ruangan dan suara di dalam ruangan kondisi lebih baik di toko modern. Toko pengecer juga belum memahami bahwa hubungan dengan supplier sangat penting untuk perkembangan toko. Mereka menganggap bisa jualan kalau bisa jual murah. Mereka mengganggap bahwa sekarang ini sudah tidak bisa bersaing dengan para toko modern. banyak sekali keluhan dan keputusasaan mereka yang tercermin dari wajah-wajahnya. Oleh sebab itu ketika Petro Kimia mulai membina mereka dengan memberikan pelatihan agar usaha mereka bisa maju, berkembang dan meraih penjualan yang cukup baik. maka mereka dengan antusias mengikuti pelatihan itu, meskipun durasi latihan 6 jam sehari selama 3 hari, dari mereka tetap semangat. SEKARANG PERTANYAANNYA, SIAPA YANG MAU PERDULI TERHADAP PENGEMBANGAN TOKO ECERAN MEREKA. MANA PRODUSEN DAN SUPPLIER YANG MEMASOK TOKO PENGECER TERSEBUT. TIDAKAH TERSENTUH HATINYA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SKILL MEREKA AGAR BISA TETAP MENJADI RANTAI DISTRIBUSI YANG PALING AKHIR.
KAMI MENGUNDANG PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SEPERTI : UNILEVER, WING SURYA, HM. SAMPOERNA, DANONE, KRAF, GARUDA FOOD, P&G, PT. SOFTEX INDONESIA, SERTA PERUSAHAAN LAINNYA UNTUK BANTU MEREKA AGAR MEREKA TETAP SURVIVE DI TENGAH GELOMBANG PERSAINGAN YANG BEGITU DAHSYAT!!!

Senin, 10 Mei 2010

IN HOUSE TRAINING DI PT. UNZA VITALIS





Dalam kesuksesan sebuah Perusahaan ternyata mengelola proses dengan benar sangat menentukan keberhasilan. Sering perusahaan melupakan ini, bahkan perusahaan lebih banyak menuntut hasil dibanding berbenah dalam proses. Saya ucapkan selamat pada PT. Unza Vitalis yang telah mengelola prosesnya dengan baik. Bukti nyata Per...usahaan ini adalah berbenah pada team sales Forcenya dengan selenggarakan pelatihan Distriubutorship management pada Konvensi Nasional yang di Hadiri 200 orang. Selamat Mr Tjoa Hock Wie & team.

Jumat, 26 Februari 2010

SEMINAR DISTRIBUTORSHIP MANAGEMENT PT. KRAKATAU STEEL



Era AFTA sudah masuk, sehingga perusahaan kelas dunia dari China, Korea, Taiwan & Amerika memiliki peluang masuk ke Indonesia, tentunya kehadiran mereka membuat sesak persaiangan di Indonesia. Salah satu perusahaan yang telah menyiapkan sejak dini perbaikan di intern perusahaan untuk menyongsong persaingan semakin sengit tersebut adalah PT. Krakatau Steel (Persero). Perusahaan Baja Nasional terkemuka di Indonesia ini penuh semangat untuk study banding mengenai Strategy Distribusi produk consumer good, terutama dalam penggunaan distributor sebagai rantai distribusi produk-produk dari perusahaan induk maupun anak perusahaan di bawahnya. Seminar berdurasi 3 jam memberikan inspirasi-inspirasi baru bagi mereka, apalagi kapasitas produksi tahun ini semakin ditingkatkan untuk memperbesar market share pasar di Indonesia. Salam sukses PT. Krakatau Steel.

Minggu, 21 Februari 2010

MARKETING AWARD AXIOO COMPETITION 2009


Grand Final Marketing Award Axioo Competition akan diadakan 28 Februari 2010. Tugas saya sebagai ketua Juri 2009 Bandung, Jakarta & Makassar(Ujung Pandang)sudah selesai. Selamat ya bagi pemenang regional yang capai grand final di Jakarta. Semoga yang terplih bisa mendapatkan best of the best Februari 2010.

Workshop PT. Sinar Meadow International Jakarta




Workshop " Distributorship management best practise" adalah salah satu pilihan bagi perusahaan yang sekarang ini dalam pendistribusian produknya menggunakan konsep "Multy distributor". Serta tidak bisa dielakan lagi kebutuhan peningkatan SDM dalam mengelola distributor dengan baik sangat dibutuhkan demi menyongsong era kompetisi yang tidak superkompetitif tetaopi sudah hiperkompetitif.Selamat berjuang & sukses rekan-rekan PT. Sinar Meadow International. Go sukses!

Seminar Program CRM Yamaha "Kiat sukses menambah penghasilan tambahan"


Seminar program CRM Yamaha cukup menggugah. Disaat sulit begini masih juga ada perusahaan yang memikirkan konsumennya untuk tetap exis. Jadi tidak melulu jualan kepada konsumen saja dan perusahaan mendapatkan untung, tapi perusahaan juga memikirkan bagaimana konsumennya juga bisa hidup. Antara lain juga bisa membayar kewajibannya. Program ini adalah program win-win solution yang masih tak banyak dipikirkan oleh perusahaan lain.