Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Juli 2015

REVOLUSI BARU PELOPOR DEMING DALAM PENGENDALIAN MUTU


Seperti yang diketahui bahwa pelopor Deming dalam manajemen di Jepang menghasilkan manajemen yang berkaitan dengan standard. Dalam teori atau kegiatan yang berkaitan dengan ISO Kepeloporan Deming selalu disebut dengan baik. Dibawah ini terdapat artikel mengenai Deming yang tentunya bisa bermanfaat bagi kita.
Deming adalah pakar pengendalian mutu produk yang di produksi oleh perusahaan, dalam manajemen mutu pemikiran Deming lebih ke arah mencegah kerusakan produk pada saat mesin pabrik berproduski. Menurut Deming, penggunaan cara statistic untuk mengendalikan mutu produk adalah lebih menekankan kepada upaya memonitor kualitas (quality monitoring) dan sebagai perlengkapan perbaikan (improvement device) dari produk akhir. Deming berprinsip menghindari semaksimal mungkin terjadinya kerusakan pada produk (defect product). Jadi mencegah terlebih dahulu, bukan membiarkan proses produksi berjalan lebih dahulu baru dilakukan pemeriksaan produk. Menurut Deming, cara tersebut salah karena tidak melakukan pencegahan(prevent) terhadap terjadinya produk rusak. Oleh karena itu, Deming menentukan 14 Program Mutu, yaitu:
  1. Ciptakan kondisi yang langgeng untuk memperbaiki produk, baik barang ataupun jasa (constancy).
  2. Adopsilah filosofi baru tentang kualitas. Kita tidak dapat berlama-lama membiarkan keterlambatan, kesalahan, bahan rusak dan buruknya cara kerja. Segera diperbaiki!
  3. Cegah kerusakan produk, bukan hanya sekedar memantau terjadinya produk rusak. Lakukan koordinasi secara masal tetapi tetap terkoordinasi dengan baik.
  4. Belilah bahan atau peralatan yang bermutu baik, dan harga yang baik pula. Singkirkan pemasok yang sering mengirimkan barang/bahan baku yang tidak baik. Jangan hanya melihat harga murah saja dari barang yang akan kita gunakan dalam proses.
  5. Amati dan selidiki setiap masalah, lalu segera pecahkan dengan dasar memperbaiki system produksi secara langgeng (to improve production system continually)
  6. Lakukan pelatihan yang tepat dengan kebutuhan.
  7. Sempurnakan kepemimpinan secara melembaga, dalam arti semua supervisor siap membantu buruh, tidak hanya sekedar memerintah dan menghukum.
  8. Singkirkan rasa takut di kalangan karyawan sehingga setiap karyawan dapat bekerja secara efektif untuk perusahaan.
  9. Hilangkan sekat antar satuan organisasi, jangan terkotak-kotak. Bekerjalah sebagai tim.
  10. Jangan menggunakan slogan atau poster yang sifatnya mencapai tujuan dalam target angka (numerical goods),tetapi tanpa membuat suatu metode kerja yang lebih baik.
  11. Hilangkan standar kerja (work standard)berdasarkan kuota angka (numerical quotas)(quota=jatah)
  12. Hilangkan hambatan yang menyebabkan bawahan tidak bangga dengan apa yang dikerjakannya.
  13. Tumbuh kembangkan keinginan karyawan seumur hidup dan peningkatan nilai diri seluruh pegawai.
  14. Pimpinan harus proaktif membuat program-program baru secara institutional.
Diatas adalah 14 poin (*) yang disampaikan oleh Deming dalam pengendalian mutu produk dan jasa perusahaan. Namun sebaiknya lebih diingat keempat belas poin di atas akan menjadi sangat efektif apabila perusahaan memiliki tools secara teknologi bisa membantu melihat seluruh proses produksi dari awal sampai akhir. Kalau berbicara tools berarti kita telah berbicara software sebagai alat bantu dalam manajemen mutu yang disampaikan oleh Deming. Ada beberapa software produksi yang dapat menyajikan laporan secara bertingkat/bertahap, yakni keseluruhan seremoni produksi produk, sehingga software akan membantu secara outopilot kegiatan produksi di perusahaan. Dengan menggunakan software manufacturing, kegiatan produksi diharapkan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Semoga artikel ini menginspirasi.
*(Mary Walton, Deming Management at Works, Perige Books. NY. 1991)


Selasa, 23 Desember 2014

GROEDU E-LEARNING

Dicari 100 Peserta Awal Proyek Percontohan Akademi Online Pertama di Indonesia Dalam Program Manajemen Kedistributoran
Tidak terasa sudah 30 tahun kami bergerak di bidang manajemen distribusi dengan segala  rintangan dan tantangan. Pada akhirnya lahirlah Groedu International Consultant pada tahun 2005 dengan  para klien yang bergerak sebagai Principal maupun Distributor dalam praktek-praktek pemasaran dan distribusi produk. Groedu mulai menyediakan layanan konsultasi dan training yang sangat terbatas dengan tim yang tidak gemuk, sebab tidak banyak praktisi-akademisi bisa melebur dalam penanganan konsultasi khususnya, sehingga kami mengalami kesulitan yang cukup lama dalam melayani klien yang beragam dengan lokasi semakin meluas.
Kekurangan ini semakin kami rasakan sejak didirikannya perusahaan sekelas dealer yang khusus dalam software accounting dan distribusi yang merupakan group Groedu. Semakin lebarlah cakrawala kami, bahwa dengan dua perusahaan tersebut kami semakin kurang bisa melayani perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi. Sebab ternyata kebutuhan klien tidak sekedar dalam manajemen distribusi atau software, tetapi pada kebutuhan SDM yang cukup mumpuni di bidang distribusi, seperti Manager operasional, Sales manager, Sales supervisor bahkan SDM lini-depan seperti Salesman dan SPG. Sedangkan persediaan tenaga-tenaga tersebut makin terbatas dari hari ke hari, sehingga memunculkan ide pada kami untuk membantu para klien secara lebih luas dalam pengembangan SDM dalam bentuk pembelajaran jarakjauh.
Ide kami sebenarnya sangat sederhana yakni, untuk pengembangan SDM di bidang distribusi tidak hanya kami yang akan memberikan. Tetapi kami mengharapkan peran serta para praktisi, akademisi, pemilik perusahaan dan pemilik distributor dalam pengembangan keilmuan manajemen distribusi ini. Dengan begini diharapkan ilmu distribusi semakin berkembang melalui kajian dan pemecahan kasus-kasus riil yang terjadi di lapangan tanpa meninggalkan teori-teori yang sudah ada.
Presidenan Joko Widodo telah mencanangkan untuk fokus memperbaiki transportasi laut dan potensi kemaritiman Indonesia. Kondisi geografis Indonesia yang 2/3 wilayahnya adalah laut, ditambah dengan kurangnya perhatian terhadap pembangunan infrastruktur perhubungan laut menyebabkan pembangunan ekonomi dan perkembangan perdagangan di wilayah-wilayah Timur Indonesia relatif lebih lambat dibandingkan di Pulau Jawa dan Sumatra. Akibat umumnya adalah harga-harga komoditas dan produk fisik di wilayah-wilayah tersebut lebih tinggi.
Apabila rencana Presiden Jokowi jadi diwujudkan, tidak tertutup kemungkinan ilmu manajemen distribusi semakin dibutuhkan di seluruh Tanah Air. Saat itu berlaku, sistem pembelajaran paling efektif untuk diterapkan dalam rangka penyebarluasan ilmu manajemen distribusi adalah pembelajaran elektronik jarak jauh memanfaatkan Internet dan teknologi informasi (e-learning). Tantangan terbesar kami saat ini dalam memanfaatkan peluang ini adalah membangun organisasi dari orang-orang yang cakap sekaligus memiliki passion untuk mengelola sistem pendidikan online  yang menyampaikan manfaat-manfaat TERBAIK dalam bidangnya.
Oleh karena itu kami menawarkan peluang kepada para praktisi, pengusaha dan akademisi untuk bergabung bersama kami mengembangkan e-learning ini.
Visi e-learning -> “Menjadi e-learning bidang manajemen distribusi, serta keilmuan pelengkap lainnya yang pertama dan terbesar di Indonesia dengan menjadi tolok ukur atau acuan industri-industri bidang produk dan jasa di Indonesia maupun mancanegara”
Misi e-learning -> “Menjadikan sumberdaya khususnya kaum praktisi, pengusaha dan akademisi bisa terlibat dalam aktivitas ini, sehingga mendapatkan manfaat untuk perkembangan bisnis maupun karir pribadi secara berkesinambungan.”
Untuk itu bapak/ibu dapat mendaftarkan diri segera di situs iniwww.groeduacademy.com/course  untuk segera terlibat dalam membesarkan e-learning ini yang merupakan milik kita secara bersama demi perkembangan manajemen distribusi di Indonesia.
Apa yang bisa kita lakukan ketika join di situs www.groeduacademy.com ?
Bapak/ ibu bisa menjadi pengelola situs ini sesuai kemampuan di bidang masing-masing layaknya mengelola sebuah universitas, seperti pengelola perpustakaan, admission, dosen, fotografer, desainer, serta lain-lain kebutuhan universitas on line. Atau bapak/ibu bisa sebagai konsultan, trainer/tutor, penulis, pencetak kasus-kasus distribusi yang cukup berbobot, maupun sebagai mahasiswa yang ber-sertificate, yang nantinya bisa digunakan sebagai refrensi di dunia kerja. Manfaat ini akan sangat terasa apabila bapak/ibu, saudara-i memposisikan sebagai mahasiswa sehingga sertificate yang didapat bisa menjadi refrensi pada perusahaan dimana kita bekerja, baik di perusahaan FMCG (Fast Moving consumenr good) atau perusahaan sejenis lainnya yang bergerak dalam bidang distribusi.
Aktivitas-aktivitas yang sangat beragam di bidang manajemen distribusi serta ilmu pelengkapnya dapat didokumentasikan dalam bentuk video, foto, tulisan/artikel, tulisan buku, ceramah-ceramah yang terekam serta lainnya, sehingga kepakaran bapak/ibu dalam bidang manajemen distribusi benar-benar ternyatakan dalam dokumen-dokumen tersebut, yang nantinya bisa menjadi bahan ajar mengajar yang sangat luar biasa.
Dari aktivitas tersebut di atas tentunya bapak ibu layaknya sebagai seorang author ( apabila bapak ibu sebagai kontributor) yang setiap semester akan mendapatkan Royalty fee yang besarnya tidak terbatas tergantung dari besar kecilnya peserta di situs ini. Sedangkan untuk pengembangan percobaan situs ini kami membutuhkan donasi awal sebesar Rp 1.000.000,- (Satu juta rupiah) per mahasiswa dengan kompensasi bagi mahasiswa akan mendapatkan buku ajar Manajemen Distribusi dalam bentuk e-book sebanyak 15 materi yang bisa di-down load di situs ini. Kemudian submmit form ujian dengan bebas dipilih oleh seorang mahasiswa dan sertificate setelah lulus ujian.
100 Mahasiswa awal yang mendaftar, selain mendapatkan materi e-book sebanyak 15, akan mendapatkan e-book free berikutnya yang berkaitan dengan  :  Negotiation, Market Intelligence, Lounching New Product, Basic Distributorship Management, Sales Force Territory Management, Management Account Receivable, Management data base customer, Management kantor cabang, Supervisory Management, Managerial skill, yang bisa di-download secara berkala sampai dengan penyempurnaan situs ini. Serta soal-soal ujian, yang membuat mahasiswa mahir secara keterampilan dan knowledge dibidang manajemen penjualan dan distribusi.
Mahasiswa yang mengikuti tidak kami batasi dari lulusan apa, minimal SLTA, dan yang penting pada saat ini sedang menggeluti bidang distribusi di perusahaan, di usaha masing-masing, atau belum ada usaha sama sekali, setatus sebagai mahasiswa, dosen, atau lain-lain. Pada tahap awal percobaan ini kami membutuhkan 100 orang yang bisa membantu pengembangan situs ini.
Setelah menjadi mahasiswa bapak/ibu memperoleh kesempatan untuk berkontribusi lebih lanjut di situs ini seperti penawaran kami di muka, baik sebagai trainer/tutor, konsultan, dosen maupun pencipta artikel dan kasus-kasus distribusi di situs ini. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi groedu@gmail.com Atau klik :  www.groeduacademy.com

Kamis, 27 Maret 2014

BUKU BARU SOAL DISTRIBUTORSHIP MANAGEMENT (TERBITAN GRAMEDIA)

Pada akhirnya, sebuah bisnis selalu berakhir pada perhitungan apakah menguntungkan atau tidak. Namun, pada kenyataannya usaha distributor yang tidak menangguk keuntungan dan kemudian ditutup jumlahnya sudah puluhan, bahkan ratusan. Oleh sebab itu, agar tidak termasuk dalam daftar distributor yang tidak menangguk untung sepanjang tahun, sebaiknya Anda mulai memikirkan ulang kinerja distributor yang selama ini dikelola. Pada buku ini terdapat berbagai hal menarik yang berkaitan dengan kinerja distributor, seperti memetakan distributor dengan mengunakan Business Model Canvas yang di dalamnya diulas mengenai : Key Partner, Key Activities, Key Resource, value proposition, customer relationship, customer segments, channel, revenue stream dan cost structur. Selain itu di buku ini juga diulas 30 kesalahan yang dilakukan oleh distributor selama ini antara lain:
·       Distributor tidak melakukan fungsi distribusi
·       Distributor tidak memelihara wilayah perbatasan
·       Distributor menolak produk baru
·       Distributor tidak menjalankan SOP yang dibuatnya sendiri
·       Distributor memberi potongan harga di luar ketentuan
·       Distributor tidak memperhitungkan berbagai fasilitas yang diberikan oleh prinsipal
·       Distributor selalu melihat prinsipal sebagai musuh, bukan sebagai partner
·       Distributor tidak berterus terang mengenai masalah keuangan  kepada produsen
·       Distributor tidak menggunakan sistem TI yang cukup baik
·       Distributor selama kerja tidak menghimpun basis data pelanggan
·       Distributor mengundurkan diri sebelum kontrak kerja dengan prinsipal selesai
·       Distributor mengira tugasnya adalah sebagai pedagang
·       Distributor bekerja di luar wilayah yang ditetapkan oleh produsen
 Buku ini sangat baik dibaca oleh para pemilik Distributor, para jajaran tim sales dan marketing Principal, praktisi sales dan marketing, para peminat usaha di bidang distribusi, serta para akademisi dan dosen pengajar entrepreneur. Buku ini sangat direfrensikan karena ditulis seorang konsultan yang sudah ratusan kali membantu pemilik distributor dan manufacturing dalam mendistribusikan produk-produknya. Untuk itu, sebaiknya cermati satu per satu bagian buku ini untuk mendapatkan gambaran yang gamblang mengenai bagaimana seharusnya usaha distributor dikembangkan dengan baik, tanpa harus merugi.

Sabtu, 22 September 2012

1000 KONSUMEN TELANJANG MASUK SUPERMARKET


Ada-ada saja cra memarketingkan suatu usaha. Kalau sebelumnya mempromosikan produk menggunakan SPG yang semi telanjang. Kini sebuah Sebuah supermarket di kota Suederluegum, di Frisia Utara (perbatasan Jerman dan Denmark), bernama Priss Supermarket memberikan promosi belanja gratis senilai 270 Euro kepada 100 pelanggan pertama pada hari pembukaannya 18 Juni 2012, benar-benar kepada konsumennya yang mau belanja dengan cara telanjang. Supermarket tersebut memberikan syarat bagi 100 pelanggan pertama untuk dapat menikmati belanja gratis jika mereka mau bugil saat berbelanja. Karuan saja promosi gila ini memancing para jurnalis untuk meliputnya. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka kepolisian setempat menyiagakan total 250 personel dengan 20 orang diantaranya bersiaga di dalam supermarket untuk mengawasi mereka yang telanjang ini. Manager supermarket ini, Nils Sterndorff, tidak mengira bahwa promosi supermarketnya ini mendapat sambutan hangat dari warga. Awalnya ia mengira hanya ada sekitar belasan orang saja yang berani "menjawab" tantangannya untuk berbugil, namun kenyataannya ada seribuan orang yang datang dan amat antusias akan tantangan "nyeleneh" ini. Oleh karena itu, dia terpaksa mengizinkan masuk lebih dari 100 orang, yang terbagi dalam 20 sesi. Kebanyakan yang memanfaatkan kesempatan ini adalah warga Denmark. Aneh-aneh saja. Namun walaupun para peminat yang ingin mengikuti promosi ini berjumnlah ribuan diluar supermarket, tidak ada insiden sama sekali. Ha...ha...ha...kalau ini terjadi di Indonesia, waduh....tentunya pembaca bisa berpikir sendiri!???

Kamis, 06 September 2012

GRAND OPENING BISNIS BARU MAHASISWA UNIVERSITAS CIPUTRA TAHUN 2012


 Tanggal  5 September 2012 adalah hari yang bersejarah bagi mahasiswa Universitas Ciputra semester 3, sebab seperti yang diketahui, mereka sedang memulai projec bisnis baru yang merupakan matakuliah Entrepreneurship (Teori, praktek & konsultasi). Tidak seperti pada Universitas lainnya pembelajaran Entrepreneurship hanya belajar di kelas saja. Tetapi di Universitas Ciputra setiap mahasiswa memiliki kelompok bisnis yang harus dikelola hingga menjadi bisnis Sustainable setelah lulus Kuliah. Metode pembelajaran di Universitas Ciputra termasuk unik dibanding universitas lainnya di Indonesia. Dengan menggunakan kurikulum Entrepreneurship yang diajarkan setiap hari rabu, tidak hanya kalangan dosen akademik yang membimbing mahasiswa Universitas Ciputra tersebut, tetapi kalangan Entrepreneur Residence yang terdiri dari praktisi, pengusaha dan bisnis consultant. Dalam kurun waktu 6 tahun, Universitas Ciputra telah menjaring mahasiswa baru di tahun 2012 untuk semua fakultas sejumlah kurang lebih 1000 orang.
Mata kuliah entrepereneur yang diajarkan setiap hari rabu, merupakan ciri khusus Universitas Ciputra, sebab yang diajarkan untuk berwirausaha tidak hanya jurusan Bisnis International, tetapi jurusan Psikolagi, Pariwisata, Desain serta lainnya. Selain itu, dunia usaha akan semakin terpancing dengan kreatifitas mereka, sebab sumber-sumber bisnis baru bisa di cari dikampus di lingkungan real Estate Ciputra tersebut. Selamat pada Universitas Ciputra. Go Bisnis!

Jumat, 24 Agustus 2012

7-DEGREES OF STRATEGIC TRADE MARKETING EXCELLENCE


Dalam artikel sebelumnya telah dibahas mengapa Trade Marketing merupakan ‘game-changer’ dalam situasi krisis yang pernah,sedang dan suatu saat akan kita hadapi lagi. Kini pertanyaannya, Trade Marketing seperti apa yang dapat menjadi ‘game changer’. Seperti telah saya kemukakan sebelumya, sudah terlalu banyak salah kaprah tentang ‘trade marketing’ ini.

Trade Marketing kini identik dengan sekelompok orang yang mengerjakan pekerjaan yang tidak dikerjakan oleh team (consumer) marketing dan team sales. Di beberapa perusahaan, trade marketing menjadi sekumpulan orang yang tugasnya melakukan administrasi atas kegiatan team sales yang menggunakan anggaran promosi. Disebagian tempat, dengan mendirikan departemen dan merekrut seorang Trade Marketing Manager, perusahaan beranggapan mereka sudah menjalankan Trade Marketing. Yang paling parah, Trade Marketing diidentikan dengan trade promotion, jadi kalau ditanya seberapa penting trade marketing, jawabannya : sangat penting, oleh karena itulah kami memberikan trade discount. OMG!

Bagi saya, seperti selalu saya kemukakan diberbagai kesempatan, lebih dari sekedar hal-hal remeh yang telah dikemukakan diatas, trade marketing haruslah menjadi ‘way of thinking’ dan ‘way of life’ bagi pelaku bisnis consumer goods, utamanya. Jadi bila kita hendak me-launch suatu produk baru, selain melakukan consumer study, sudah seharusnya kita juga melakukan shopper study. Jika kita melibatkan konsumen dalam proses pengambilan keputusan, sudah seharusnya juga kita melibatkan retailer dalam riset-riset kita dan pengambilan keputusan sesudahnya. Setidaknya meminta tanggapan mereka.

Karena itu juga seringkali dikatakan berlangsungnya aktivitas trade marketing di suatu perusahaan merupakan suatu evolusi. Di tahap awal trade marketing hanya berfungsi adminstratif, mendata, mencatat kemudian melaporkan penggunaan dana promosi oleh team sales. Tahapan berikutnya, trade marketing mulai memberikan ‘advis’ berdasarkan pengetahuan dan informasi yang mereka miliki (retail audit, consumer study). Kemudian di tahapan lebih lanjut, trade marketing mulai dilibatkan dalam aktivitas planning karena kombinasi pengetahuan mereka mengenai channel dan produk yang sudah lebih mumpuni. Pada puncaknya, trade marketing sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi perusahaan karena ‘shopper proposition’ sama pentingnya dengan ‘consumer proposition’.

Dalam kerangka berpikir yang lebih luas, trade marketing yang sudah tahap visioner menjadi jembatan penting integrasi strategi supplier/manufacturer dengan retailer. Dimana dalam tahap itu hubungan manufacturer/supplier dengan retailer sudah berada pada tahap ‘business alliance’ (strategic development), jauh dari sekedar ‘transactional’ (traditional selling) yang sangat bersifat jangka pendek.

Lalu seperti apakah trade marketing yang sebenarnya? Yang sejatinya trade marketing yang ‘excellent’ harus dibangun diatas fondasi yang kuat dan ditopang oleh eksekusi yang disiplin. Inilah yang sebut sebagai ‘the right to play’ dan ‘the right to win’. Memiliki ‘the right to win’ berarti strategi trade marketing Anda memiliki hal-hal yang diperlukan untuk mendominasi pasar. Ini berkaitan dengan apakah anda akan memenangkan persaingan dengan semua kompetitor anda. 
Untuk jelasnya, suatu produk tidak bisa menang di semua segmen, tapi dengan strategi yang tepat kita bisa memilih disegmen mana kita akan fokus berkompetisi. Di sisi lain, kita bisa memilih ceruk pasar tertentu di area tertentu. Jika ceruk pasar tersebut dapat dipertahankan (defensible), menarik dan menguntungkan (lucrative) dan kita memiliki hal-hal yang diperlukan untuk menang, maka kita dapat mendominasi segmen tersebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa memiliki ‘the right to win’ berarti tidak ada kompetitor yang mampu memberikan lebih baik dari apa yang dapat anda tawarkan ke retailer. Ini berarti produk anda menjadi yang pertama muncul di benak retailer jika mereka membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan produk/kategori yang anda miliki/kuasai.

Tapi cukupkah hanya memiliki ‘the right to win’? Banyak perusahaan kemudian terjebak disini. Dengan anggaran trade promotion yang mereka miliki, fokus kegiatan trade marketing kemudian adalah pada aktivitas-aktivitas bersama retailer dan karena tanpa didukung fondasi yang kuat maka aktivitas tersebut berkisar tidak jauh dari pemberian discount, cash-back, purchase with purchase, itu saja. Padahal kita tahu, konsumen tidak kemudian meningkatkan konsumsi susu dari 2 gelas per hari menjadi 4 gelas per hari hanya karena kita memberikan discount 25%. Tidak juga orang yang sebelumnya tidak minum susu lalu berubah menjadi peminum susu hanya karena kita memberikan cash-back 25%. Fondasi inilah yang disebut sebagai ‘the right to play’. 

Pertanyaan muncul kemudian, apakah dengan tanpa memiliki ‘the right to play’ lalu kita tidak bisa ‘menang’? Jawabannya: bisa. Ini yang kemudian menjadi senjata bagi mereka para penganut ‘short-termism’, para pengejar tujuan jangka pendek. Yang penting dalam satu-dua tahun saya sukses, saya segera dipromosikan, resikonya menjadi tanggungan penerus saya. Familiar dengan hal ini?

Jadi, ini memang pilihan. Membenahi fondasi (the right to play) yang memang perlu effort khusus dan makan waktu, atau langsung kerjakan segala macam promosi untuk mengejar target penjualan, meskipun tahu akibat yang ditimbulkannya. Mulai dari menumpuknya stok di rak, di gudang toko, gudang distributor, gudang kita sendiri. Barang dalam jumlah besar mendekati ‘expired date’nya. Produk didistribusikan di channel atau area yang bukan targetnya. Sampai turunnya market share secara perlahan namun pasti. Karena itu tak perlu jauh-jauh mencari ‘pembunuh’ brand anda, mereka ada disekitar anda, didalam perusahaan anda sendiri.

Lalu tahapan apa saja yang dikelompokkan sebagai ‘the right to play’ atau fondasi dari ‘excellent strategic trade marketing’? Yang pertama adalah daftar registered outlet, kemudian channel classification dan outlet data-base, yang ketiga adalah route-to-market analysis dan yang keempat channel strategy. Keempat hal ini wajib dimiliki sebelum kita dapat membangun strategi trade marketing yang paripurna. 

Tiga tahapan berikutnya dikelompokkan kedalam ‘the right to win’ adalah optimisasi key driver (assortment, merchandising, harga jual retailer dan in-store promotion), eksekusi di toko (winning execution in the winning stores) dan ‘profitable growth through winnning in shelves’. Anda dapat menjalankan ketiga tahapan ini tanpa keempat fondasi diatas, namun prosesnya ‘painful’ karena belum tentu sesuai kepentingan satu channel/area dengan channel/area yang lain, tidak sesuai dengan ‘brand strategy’ dan hasilnya tidak akan bertahan lama (not sustainable). 

Ketujuh tahapan inilah yang saya sebut sebagai ‘The Seven Degrees of Strategic Trade Marketing Excellence’. Dalam artikel-artikel berikutnya akan kita bahas satu per satu tahapan tersebut. In the meantime, sudah seperti apakah trade marketing dijalankan di tempat anda?

Minggu, 19 Agustus 2012

BAGAIMANA MERANCANG SOP, APA DAN APA SOP ITU?




Pada saat ini masih banyak Perusahaan yang beroperasi tanpa didukung dengan sebuah sistem yang baku. Mereka lebih banyak beroperasi berdasarkan kebiasaan apa yang sudah mereka jalankan bertahun-tahun dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaaan/ budaya perusahaan tersebut. Tidak hanya terbatas dengan perusahaan dengan skala kecil, perusahaan skala menengah dan besar pun masih ada yang belum memiliki System Operational yang baku dan dibakukan pula. Pada umumnya juga perusahaan dengan tipe seperti ini semua system yang ada dan berlaku disana ada dan dicatat dimasing-masing kepala para key person, dimana para key person mungkin sudah bekerja lama untuk perusahaan ini.
Tetapi tidak semua perusahaan mengenyampingkan hal ini, bahkan di beberapa dan umumnya perusahaan
besar mereka sudah memiliki sebuah Departemen tersendiri yang khusus mengurusi System Procedure Perusahaan tersebut. Sedangkan untuk perusahaan skala kecil dan menengah fungsi System Procedure ini terafiliasi di dalam DepartemenAccounting atau ada juga yang dibawah Departemen Human Resources.
Memang idealnya System Procedureditangani oleh sebuah Departemen tersendiri atau setidaknya ada PIC khusus yang menanganinya, mengingat pekerjaan seorang System Procedure harus selalu melakukan review atas System yang sudah ada dan juga pengembangan Systemtersebut kedepannya. Bilamana perkerjaan tersebut dirangkap oleh PIC tertentu maka hasilnya tidak akan maksimal karena PIC tersebut pasti akan menyelesaikan dahulu pekerjaan utamanya baru kemudian dia akan melakukan review system yang ada. Selain itu ada anggapan PIC tersebut akan membuat system yang lebih menguntungkan departemennya sendiri. Hal ini berbeda bilamana pekerjaan ini ditangani oleh PIC khusus, seorang yang menjabat posisi System Procedure harus mementingkan sisi perusahaan danInternal Control, tidak memihak departemen tertentu dalam menyiapkan suatu System Prosedure. Ia harus berada di posisi tengah dan harus bisa menjadi seorang mediator antar Departemen agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan tentunya tidak mengeyampingkan fungsi dari Internal Control yang baik.

TANGGAPAN UMUM KARYAWAN AKAN SOP
Tambah Pekerjaan, terkesan dengan adanya SOP pekerjaan administrasi akan semakin banyak. Tanggapan semacam ini bisa saja benar bilamana cara-cara dan administrasi lama tetap dipertahankan dan ditambah lagi dengan System baru pada SOP. Jadi seorang karyawan akan melakukan 2 macam cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebaiknya tinggalkan cara kerja lama dan beralihlah ke SOP yang sudah disetujui dan disepakati bersama pengaplikasiannya.
SOP Kaku/ Sakleg/ tanpa kompromi sehingga menggangu operasional Perusahaaan, SOP memang sudah dibuat baku atas kesepakatan bersama. Tetapi dalam pengaplikasiannya bisa saja terbentur oleh Kebijakan dalam SOP tersebut, oleh karena itu dalam pembuatan SOP tentunya Kita harus memikirkan pengecualian yang timbul bila kebijakan dalan SOP tidak dapat dipenuhi dan biasanya sudah diatur didalamnya penanggungjawabnya.
Kerja Takut Salah dan Tidak Percaya Diri, ada budaya di kalangan para pelaksana bahwa semua aktivitas harus benar-benar sesuai dengan SOP, sehingga bila diperlukan otorisasi maka dimintakan kepada semua pejabat berwenang (tanggung renteng) padalah dalam SOP sudah dibuatkan Surat Keputusan Otorisisi. Hal ini menjadikan alur proses dan waktu yang diperlukan untuk pengananan menjadi panjang dan lama. Sebaiknya sifat seperti ini dihindari, mengingat apa yang sudah disepakati bersama dalam SOP dapat menjadi acuan dalam operasional.

                     NILAI POSITIF DARI SOP
Hal-hal positif yang dapat dirasakan dengan sudah adanya SOP di Perusahaan diantaranya :
Aturan Main yang Jelas, Perusahaan memiliki acuan operasional yang baku. Diharapkan aktivitas operasional akan lebih lancar karena setiap karyawan menjalankan fungsinya masing-masing dan mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tanggungjawabnya.
Dokumen yang digunakan sudah Standard, sehingga memudahkan setiap karyawan untuk mengingatnya. Terutama bila perusahaan tersebut besar dan memiliki banyak anak perusahaan kemungkinan seorang karyawan yang dimutasi akan mudah untuk beradaptasi.
Mencerminkan Perusahaan tersebut rapi dalam administrasi yang efeknya akan mengangkat image dari perusahaan tersebut.
Langkah kedepannya akan mempermudah perusahaan dalam memperoleh ISO (International Organization for Standarization)

FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB HEAD SYSTEM PROCEDURE
Sekarang marilah Kita lihat fungsi utama yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin Departemen System Procedure:
Menyiapkan Anggaran Departemen, Anggaran diperlukan dalam upaya untuk mewujudkan action plan Departemen
Merencanakan, mendesign, mengimplementasikan System Procedure yang akan dibuat. Hal ini tentunya didahului dengan tahapan lainnya seperti survei, memahami bisnis usaha, mempelajari kondisi saat ini, estimasi biaya, dan lain sebagainya.
Memberikan penjelasan dan menpresentasikan SOP yang dibuat. Kemampuan ini sangatlah penting terutama dalam mengakomodasi kepentingan dari beberapa Departemen yang ada.
Memberikan masukan untuk pengembangan System Perusahaan
Dapat bekerjasama dengan baik sebagai team dengan semua Departemen dalam perusahaan.

ISI MANUAL SOP
Apa saja yang harus terdapat dalam sebuah Manual SOP, mari Kita lihat satu persatu hal utama yang ada dalam sebuah SOP:
Persetujuan, Persetujuan disini dapat disesuaikan dengan kondisi setiap Perusahaan. Siapa saja yang harus menandatangani SOP tersebut.
Tujuan, untuk kepentingan apa SOP ini disiapkan
Definisi, Karena SOP ini bersifat umum bagi semua orang, maka definisi menjadi hal penting yang perlu distandarisasi. Semua pembaca SOP diharapkan memiliki satu pengertian yang sama untuk sebuah istilah yang ada dalam SOP tersebut.
Kebijakan, Aturan main untuk sebuah system juga perlu disiapkan untuk kelancaran pelaksanaan SOP tersebut.
Penjelasan Prosedur, yang dimaksud penjelasan disini bisa ditungkan dalam beberapa macam bentuk, ada dalam bentuk chart atau gambar, narasi, juklak (intruksi kerja sederhana). Hal ini bertujuan agar mengakomodasi semua kebutuhan pembaca SOP tersebut.
Lampiran, dapat juga diberikan lampiran yang berisi semua hal yang berhubungan dengan SOP tersebut, misalnya: contoh formulir, contoh laporan, dan sebagainya.

TAHAPAN PEMBUATAN SOP
Apa saja yang perlu disiapkan dalam proses pembuatan sebuah SOP. Tahapan umum yang harus diperhatikan adalah :
Bisnis Usaha, Pelajari dahulu apa bisnis usaha perusahaan yang akan Kita buat SOP-nya. Cari informasi sejelas dan selengkap mungkin.
Survei, Lakukan survei lokasi yang akan disiapkan system-nya. Lakukan juga interview bila diperlukan.
Daftar Kebutuhan, List semua peralatan, hardware dan software(bila ada), dan kebutuhan lainnya yang diperlukan.
Cost, hitung biaya yang akan dikeluarkan untuk setiap kemungkinan system yang akan dijalankan
Pilih system terbaik yang akan dikembangkan. Pemilihan dilakukan atas semua pertimbangan yang ada dari team pembuat SOP sendiri dan diputuskan oleh pimpinan perusahaan.
Draft SOP, siapakan dan susun draft SOP, lakukan pembahasan dengan team terakit, lakukan presentasi bila diperlukan. Penyiapan draft ini didalamnya berisikan isi manual SOP seperti yang sudah dibahas diatas, termasuk testing (trial and error).
Persetujuan, Mintakan persetujuan SOP yang dibuat sebelum diaplikasikan

IMPLEMENTASI SOP

SOP yang sudah mendapat persetujuan perlu dilakukan implementasi. Berikan arahan kepada pelaksana bagaimana mengimplementasikan system tersebut.
Pelaksaan implementasi ini perlu didampingi oleh Team pembuat SOP

REVIEW SOP
Sebuah SOP baru yang sudah dilakukan proses implementasi perlu dilakukan review atas SOP tersebut minimal 1 (satu) tahun atau pun kurang setelah SOP tersebut diimplementasikan.
Hal ini penting sekali mengingat system yang baru dicoba terkadang timbul permasalahan baru yang tidak Kita prediksi sebelumnya dan harus dengan cepat pula Kita selesaikan agar tidak menggangu operasional perusahaan.
Selanjutnya review dapat dilakukan berkala sesuai kebutuhan perusahaan.

SUKSES PENERAPAN SOP
Kesusksesan Perusahaan dalam mengaplikasian SOP dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya :
Support Semua Departemen, Karena SOP umumnya banyak aktivitas yang listas Departemen, maka seharusnya setiap Kepala Departemen men-support penerapan SOP ini di Departemennya masing-masing. Meberikan pengarahan dan intruksi kepada bawahannya untuk pengaplikasian SOP.
Komitment Pimpinan Perusahaan, Karena SOP ini produk bersama yang disusun melibatkan seluruh lapisan golongan dalam Perusahaan dan disetujui oleh para Pimpinan Perusahaan maka komitment para Pimpinan di Perusahaan untuk tetap menjaga kelangsungan SOP Perusahaan sangatlah penting dan menjadi kunci utama keberhasilan penerapan SOP. SOP dibuat untuk dijalankan bersama dan tidak ada perlakukan spesial untuk karyawan tertentu untuk tidak menjalankannya. Bila hal tersebut terjadi maka akan dimasukan dalam hal pengecualian yang diatur pula pelaksanaanya.




Minggu, 22 Juli 2012

TRAINING MARATON "KIAT SUKSES MENGELOLA KANTOR CABANG"


Bulan Mei, Juni dan Juli  Groedu International consultant telah melatih jajaran dari SDM Signora untuk menyongsong pembukaan kantor cabang sebanyak 50 lokasi. Kini, baru 25 cabang yang berdiri. Sampai dengan 5 tahun ke depan Signora mengharapkan kantor cabang sebanyak 50 lokasi berdiri. Persiapan yang sungguh-sungguh dengan memberikan pelatihan pada para calon pimpinan kantor cabang adalah wujud komitmen Signora akan rencana masa depan perusahaan disamping untuk menyosong tahun 2015, dimana persaingan semakin ketat dan dibutuhkan sumber daya yang semakin terlatih, baik dibidang penjualan dan managerial skill. Video clip ini adalah gambaran, suasana dan komitmen pada SDM Signora dalam menyambut tantangan pekerjaan yang semakin berat. Go Signora, selamat dan sukses!


CARA TRANSAKSI KONSUMEN BERDAMPAK PADA PENJUALAN

Ada beberapa cara dalam menual produk jika dilihat dalam cara transaksinya yang antara lain secara tunai, konsinyasi (Consigment) atau kredit. Cara transaksi ini secara signifikant akan sangat mempengarui omzet penjualan suatu usaha. Oleh sebab itu ada kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam perlakuan transaksi penjualan itu. Untuk usaha yang orientasinya menjual eceran transaksi tunai lebih banyak dipilih. Selain agar safe di segi keuangan,cara ini ternyata juga menghambat lajunya penjualan yang cukup maksimal.  Beberapa gerai, baik yang waralaba maupun yang murni milik bisnis owner tiba-tiba pembelinya surut, sebab kondisi pembelian tunai ini menjadi tidak nyaman. Sebelum ada mesin gesek kartu kredit, kondisi penjualan secara tunai kepada konsumen masih nampak wajar-wajar, tetapi kini setelah hadirnya mesin gesek, penjualan secara tunai perlu dibantu dengan alat ini agar memudahkan para konsumen untuk lakukan transaksi.
            Di dalam prakteknya sampai hari ini, masih belum banyak para pemilik bisnis eceran terutama yang tradisional yang menyediakan alat bantu pembayaran ini. Walau sebenarnya “cara transaksi” ini sangat berpengaruh dengan besarnya omzet penjualan.  Bagi yang belum pernah lakukan dan mengalami, transaksi ini dapat membuat galau, misalnya takut rugi, takut salah, takut selisih dan takut tidak terbayar. Walau sebenarnya dengan transaksi mesin gesek pembayaran sudah dijamin oleh bank penyelenggara mesin gesek. Bahkan, mesin gesek ini sebenarnya kartunya sudah dikembangkan sedemikian rupa oleh bank. Serta sekarang malah bersama-sama dengan bank, para pebisnis bekerja sama untuk menggandakan cara transaksi ini. Kalau sebelumnya menggunakan uang segar (tunai), kartu kredit, atau debit, sekarang dikembangkan pula kartu kredit/debit yang memperoleh diskon secara langsung ketika membeli barang menggunakan kartu yang dikeluarkan oleh bank yang bermitra dengan gerai tertentu.
            Terobosan transaksi penjualan ini ternyata tidak berhenti sampai di situ, sekarang malah dirupakan voucher belanja, voucher diskon, serta lainnya. Oleh sebab itu bagi para pemilik gerai bisnis waralaba, maupun yang dikerjakan oleh pemilik langsung tidak akan bisa bersaing jika tidak mengikuti cara ini. Penggandaan cara transaksi ini sebenarnya memiliki tujuan antara lain : membuat transaksi penjualan cepat terjadi, memudahkan konsumen dalam membeli barang, menarik minat konsumen untuk membeli meskipun belum memiliki dana pada saat itu. Seperti pembelian dengan cara cicilan menggunakan kartu tertentu. Menghemat waktu konsumen karena tidak harus ke bank untuk ambil tunai, mengurang resiko kehilangan uang atau dirampok, serta kondisi-kondisi lainnya yang membuat konsumen merasa terbantu dengan transaksi yang dilakukan secara cepat, aman dan akurat.
            Uraian diatas adalah berbagai hal transaksi yang berhubungan dengan penjualan eceran. Bagaimana dengan penjualan partai seperti yang dilakukan para grosir. Pada umumnya juga dilakukan secara tunai, namun dalam perkembangannya ketika grosir tidak ingin stagnan penjualannya, maka grosir melakukan berbagi terobosan baru. Grosir mulai memberikan kredit, bahkan konsinyasi untuk para pelanggannya. Namun cara ini tentu saja membuat para grosir juga mengalami resiko piutang bad debt, yaitu para pembeli secara kredit tidak membayar hutangnya seperti yang diharapkan. Beberapa grosir tetap lakukan hal ini, dan untuk mengurangi resiko tidak dibayar, grosir mulai memilah-milah para pelanggan yang ada. Biasanya yang cukup baik pembayarannya akan terus diberikan. Sedangkan untuk yang kurang baik dalam hal pembayaran, mereka mulai mengurangi jumlah kreditnya. Namun cara ini tetap saja tidak bisa mendongkrak penjualan di gerai bisnis khususnya grosir yang tradisional. Nah, apa yang dilakukan para grosir tersebut kemudian?
Mesin gesek ternyata sangat ampuh untuk memfasilitasi para pembeli barang yang dilakukan dengan cara kredit. Dengan tambahan sebesar 2-2,5% pada billing, para pembeli secara kredit di grosir masih toleransi. Sementara itu para grosir bisa safe karena bank akan mengurus setiap pemegang kartu kredit yang wanprestasi. Selain itu para grosir atau para pebinis bisa menggunakan jasa anjak piutang dalam mengurusi soal piutang dagang. Konon dengan fee beberapa persen, selain bisa disupport dana 80% dari total piutang yang didelegasikan ke anjak piutang, para pebisnis bisa meminimalkan resiko tidak dibayar oleh para pembeli secara kredit. Dalam hal ini pebisnis sangat difasilitasi oleh bank maupun pihak Anjak Piutang, dan hal ini tentu saja bisa membantu dalam penjualan. Khususnya dalam peningkatan penjualan!
Sejatinya cara transaksi ini sama seperti ketika pemilik bisnis sedang mengembangkan pemasarannya. Yang bisa dikerjakan antara lain adalah mencari mitra-mitra baru sebagai penyalur, misalnya para distributor yang ada di daerah untuk bisnis non waralaba. Sementara itu untuk bisnis waralaba mencari investor-investor baru dalam mengembangkan luasan wilayah pemasaran. Untuk non waralaba dengan adanya mitra, para mitra (distributor) tersebut bisa salurkan produk ke penyalur kecil lainnya. Sedangkan bisnis waralaba terus mengembangkan cabang-cabang di luasan wilayah pemasaran dengan menggandeng investor. Namun semua bisa berjalan dengan baik jika pebisnis juga mulai mempertimbangkan cara-cara transaksi penjualan. Transaksi penjualan tidak harus dilakukan secara tunai, tetapi kemungkinan-kemungkinan lain dengan cara kredit tetapi dengan jaminan dari pihak lain. Penggunaan mesin gesek, voucher belanja, voucher diskon, maupun atas bantuan anjak piutang merupakan alternative yang luar biasa. Sukses di tangan anda!


Minggu, 22 Januari 2012

THE POWER OF DISTRIBUTION

Ada satu rumus yang perlu kita ingat dan renungkan, bahwa suatu produk akan memiliki “nilai” jika manfaat memiliki poin lebih banyak dibanding dengan biaya yang dikeluaran untuk mendapatkan produk tersebut. Kalau diuraikan, manfaat terdiri dari manfaat fungsional dan manfaat emosional. Sementara itu biaya meliputi biaya disegi waktu untuk dapatkan produk tersebut, biaya tenaga konsumen juga tak kalah penting untuk dihitung, belum lagi biaya psikologis (marah, kecewa, jerah, dan lainnya) yang mengindikasikan bahwa produk tidak dapat di-deliver dengan baik kepada konsumen, sehingga konsumen komplain.

Sementara itu sampai hari ini tidak ada kesepahaman maksud yang disampaikan Principal ( operator) kepada Distributor (dealer atau server) bahwa untuk bertahan dalam persaingan kunci utama yang perlu dipertahankan adalah available produk disetiap sektor penyalur (pengecer, wholeseller, etc). Principal mengutamakan survival produk di pasar agar tidak tergantikan dengan produk lain melalui upaya selalu konsisten menyediakan produk di penyalur. Sementara itu para distributor (Dealer/ server) memangkas jalur disribusinya dengan melayani penyalur pada titik-titik tertentu. Konsekuensi dalam jangka pendek, distributor tentunya tidak banyak kerepotan untuk distribusikan produk. Sementara itu dalam jangka panjang produk milik principal sedikit demi sedikit akan tergerus oleh pesaing. Kalau kita mau mengkaji, penyebab utama produk digantikan oleh produk pesaing adalah bahwa produk principal sudah tidak memiliki nilai dimata konsumen. Mengapa harus bersusah paya menggunakan produk yang sulit didapat?

Sekali lagi distribusi adalah faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu produk, apalagi produk tersebut sudah masuk ke kategori FMCG (Fast moving Consumer good) seperti pulsa milik operator. Harapan Principal paling utama adalah pada distributor, dimana distributor dapat menyalurkan produk ke bagian-bagian paling detail dalam suatu wilayah penjualan yang ter-cluster. Jadi apabila fungsi utama distributor sebagai kaki tangan principal bisa berlangsung dengan baik, maka upah yang akan didapat tentunya in put yang terbaik bagi distributor, yang antara lain : supplay produk berkesinambungan, margin yang cukup baik karena tidak terjadi perang harga, terdapat ketahanan merek produk di pasar sehingga volume penjualan tetap konsisten, reward dari principal untuk perpanjangan kerja sama, serta lainnya.

Nah, apa yang selalu diinginkan oleh principal kepada distributor? Distribusi dan distribusi. Distribusi adalah kekuatan produk bertahan dari gempuran pesaing. Rata-rata produk yang bisa bertahan dalam masa tiga generasi memiliki kunci utama bahwa pemenuhan dan penyaluran produk yang cukup merata membuat produk itu bisa bertahan. Namun sayang hal yang sudah benar menurut principal masih belum bisa dilakukan oleh para distributor/dealer/server dalam aktivitasnya. Karena distributor itu sendiri belum menemukan cara-cara yang tepat untuk melaksanakan kemauan principal.

Sementara itu tidak ada guideline yang cukup baik yang dipaparkan oleh principal sebagai pemilik produk. Seperti ada rantai putus, dimana penyalur tertentu tidak bisa disentuh secara langsung oleh principal meskipun pembelian produk sebenarnya cukup besar dari para distributor/dealer. Buah simalamaka ini tentunya membuat satu sisi jadi kehilangan induk. Walau sebenarnya para penyalur besar juga membutuhkan pertolongan agar bisnis terus berjalan. Fenomena ini terjadi pada pemberlakukan hard cluster yang telah dicanangkan oleh salah satu operator besar. Melalui aksi-aksi seperti pembatasan quota pulsa untuk para server ataupun dealer. Pemberlakuan KPI yang tentu saja semuanya baik, tetapi juga kurang memperhitungkan sisi lainnya.

Ujung-ujung kebijakan ini tentu saja adalah upaya-upaya agar para dealer/ server tidak hanya melakukan transaksi dengan sedikit customer, tetapi terus dianjurkan untuk bertransaksi sebanyak mungkin kepada customer, dalam hal ini adalah para penyalur produk. Supaya dapat ditarik suatu gambaran mengenai potensi pasar yang sebenarnya dalam suatu wilayah (Cluster) yang ditentukan. Itu artinya dealer/distributor tetap diwajibkan untuk mengerjakan wilayah sesuai potensinya tanpa melakukan cross selling di luar cluster yang sudah ditentukan. Konsekuensi akhir adalah bagi distributor/dealer atau server yang sudah melakukan aktivitas distribusi tidak akan mengalami kesulitan jika anjurannya adalah distribusi. Lebih-lebih para server yang bertindak sebagai merchandise multi produk. Tidak diberikan quota oleh salah satu operator, ia masih bisa eksis dengan menjual produk lain. Bukankah sudah memiliki pelanggan-pelanggan yang cukup banyak untuk di-supplay produknya?

Lalu bagaimana dengan para dealer/server yang belum lakukan aksi-aksi distribusi produk? Saran yang muncul dari penulis, cobalah menengok/ hadiri workshop bertajuk “Distributorship Management”. Workshop ini adalah salah satu workshop yang mengadopsi dari strategi bisnis produk FMCG yang sekarang ini tentu saja sudah diaplikasikan para operator besar dalam strategi bisnisnya, yang tentu saja dapat membantu para pemilik Distributor/Dealer/Server untuk mengembangkan bisnisnya dengan benar baik dari sisi pengelolaan wilayah (cluster), pengelolaan sales force, pengelolaan pelanggan, pengelolaan piutang dagang maupun cara-cara menekan Shrinkage (penyutusan karena kehilangan). Workshop akan dilakukan di Bandung, Jogjakarta, Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Kesimpulan akhir : agar bisnis terus berjalan, lebih baik kehilangan uang yang jumlahnya tidak sebanding dengan kartu-kartu perdana yang nilainya ratusan juta rupiah yang dibakar hanya sekejap. Sesuai filosofi Sun Tzu, panglima besar perang 2000 tahun yang lalu di Cina, jika lawan berperang menggunakan strategi maka lawan perang itu dengan strategi, jangan lawan dengan amarah! Amarah akan membawa kekalahan dibanding kemenangan!*** Frans M. Royan

Rabu, 03 Februari 2010

TARIF MURAH BAWA BERKAH

INDONESIA adalah pasar yang potensial bagi produk industri, tak terkecuali telekomunikasi. Pasar ini dibidik oleh banyak pelaku usaha atau entrepreneur. Populasi penduduk yang mencapai 225 juta jiwa merupakan salah satu indikator yang logis. Estimasinya, jika mampu merebut pasar sepuluh persen saja dari jumlah tersebut dikalikan nilai produk yang terjual, maka itu berarti profit yang amat menggiurkan.
Kini geliat teknologi informasi dan telekomunikasi demikian merebak dan men-cengangkan, mengalir tak terbendung. Sungguh fenomenal, perangkat telekomunikasi yang disebut telepon seluler telah dikantongi oleh semua kalangan, sehingga kemana pun pemakainya itu pergi masih dapat berkomunikasi dengan mengaktifkan alat bantu yang super praktis tersebut.
Memiliki telepon seluler atau handphone (HP), dengan berbagai variasi bentuk dan keunggulan sesuai minat pemiliknya, pada awalnya merupakan bagian dari gaya hidup yang dominan (gengsi). Masalahnya hanya kalangan tertentu saja yang mempunyai dan menggunakannya. Terlebih lagi, tarif percakapan dan layanan pesan pendek SMS pada saat itu tergolong mahal. Tapi kini HP sudah jadi kebutuhan untuk menunjang kelancaran segala aktivitas, dan dimiliki hampir semua orang. Mulai dari penjaja asongan sampai pengusaha kenamaan, komunitas siswa hingga mahasiswa, tua-muda, kaya-miskin, orang desa-orang kota, dan seterusnya. Para pebisnis, misalnya, bisa secara praktis saling kontak dengan relasi atau rekanannya melalui telepon seluler guna melancarkan dan meningkatkan usahanya.
Maka, tak mengherankan kalau Indonesia dengan penduduknya yang padat itu, menjadi rebutan pasar produk seluler dan perangkat penunjangnya. Ratusan juta telepon seluler digunakan, pabrikan HP saling berebut pasar, kemudian provider (operator) penyedia sarana jaringan saling berkompetisi.
Menjadi mafhum, perang tarif produk HP maupun operator kian menjadi-jadi dan “gila-gilaan”. Dampaknya harga HP serta tarif percakapan dan SMS semakin murah, sehingga masyarakat di kalangan bawah pun bisa berkomunikasi jarak jauh melalui HP itu. Jelas, ini merupakan dampak positif bagi masyarakat luas.
Meskipun masih dirundung situasi ekonomi yang tak menentu, aktivitas telekomunikasi telepon seluler terus meningkat saja. Jadi, pengguna HP tidak memusingkan situasi ekonomi itu lagi berjalan seperti apa, yang penting komunikasi dengan siapa pun, pihak mana pun, dan kapan pun tetap jalan. Ternyata justru melalui sarana komunikasi inilah bisa mendongkrak kualitas aktivitas di berbagai bidang – seperti bisnis, jasa, pendidikan, perekonomian, dan sebagainya. Pendeknya, hampir semua bidang bisa secara efektif ditingkatkan dengan penunjang komunikasi seluler, sehingga langsung atau tidak langsung membawa dampak kehidupan yang lebih bergairah dan berkualitas.
Bagaimana tidak? Efektivitas komunikasi jarak jauh ratusan hingga ribuan kilometer cukup dengan biaya yang murah, tanpa harus bertatap langsung atau bersemuka (dengan komunikan) yang posisinya jauh itu, dan tentunya jika bersemuka akan menghabiskan banyak biaya, waktu yang lama, serta jangkauan jarak yang nun jauh di sana.

Namun demikian, tarif murah dalam berkomunikasi tanpa dilengkapi fasilitas atau kemudahan seperti jangkauan luas, sinyal kuat, suara jelas, nyaman, nyambung terus, maka tarif murah tersebut hanya merupakan isapan jempol belaka. Percuma saja, murah tapi tidak lancar. Jika slogan murah dan lancar terealisasi dalam penggunaannya, barulah benar-benar membawa berkah bagi masyarakat luas, terutama masyarakat kelas bawah.
Industri informasi dan telekuminkasi memang menjadi idola bagi para entrepreneur di bidang tersebut, meski tak sedikit kendala. Produk seluler terus bersaing, saling berebut pasar. Pemain-pemain lama masih mendominasi, sementara pemain-pemain baru terus membidik dan membayang-bayangi. Di sisi lain, daya beli masyarakat belum pulih, rata-rata average revenue per user merosot, belum lagi sekitar 70-90 persen kartu perdana yang terjual tidak diisi ulang alias dibuang (hangus). Artinya, hanya 10 sampai dengan 30 orang dari 100 orang, yang berlanjut mengisi ulang pulsa pada kartu perdananya itu.
Dalam iklim persaingan bisnis yang makin ketat, provider XL tetap pada komitmennya memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya (yang berkualitas), yakni mereka yang aktif menggunakan telepon seluler dengan operator XL tersebut. Bukan pengguna yang hanya menghabiskan pulsa kartu perdananya, habis itu buang. Dengan semboyan XL nyambung terus, provider XL bertekad memberi kenyamanan pelang-gannya itu dengan tarif termurah, nyambung terus tak putus-putus, sehingga melancarkan komunikasi seluler bagi semua lapisan masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat kelas bawah sekalipun.
Kita sadar, bahwa teknologi informasi dan telekomunikasi amat penting dan memang sangat dibutuhkan serta menjadi bagian dari denyut kehidupan. Apa jadinya, jika hari gini nggak punya HP untuk berkomunikasi? Kita akan ketinggalan zaman, stagnan, statis, dan pasif. Namun, di balik itu kita mesti arif dalam menyikapi bergulirnya abad informasi dan telekomunikasi ini, sehingga kita tidak tergerus arus globalisasi era informasi dan telekomunikasi itu sendiri.
Oleh: Imron Samsuharto (Editor Senior Penerbit Effar & Dahara Prize)